PENGEMBANGAN
SDM DALAM MENGHADAPI asean economic community
MAKALAH
INI DIAJUKAN UNTUK TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
Disusun
oleh :
PANDEGA
PRATAMA PUTRA
(15315299)
Kelas
: 1TA03
Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
S1
Teknik Sipil
Universitas
Gunadarma
2015-2016
Mata
Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Dosen
: Emilianshah Banowo
Jl.
Margonda Raya 100, Depok, Jawa Barat.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia yang tiada
henti-hentinya sehingga penyusun masih diberi kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Dasar dengan tema IPTEK dan Kemiskinan yang
berjudul “Pengembangan SDM dalam
Menghadapi Asean Economic Community” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta kerabat dan sahabatnya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dalam makalah ini, penulis
ingin memaparkan bagaimana Dampak pembangunan perumahan terhadapap masyarakat
sekitarMakalah ini mungkin masih banyak kekuarangan baik dalam segi tulisan
maupun materi, Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik atas keterbatasan makalah ini. Semoga tulisan
dari makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.
Akhir kata terima kasih penulis mengucapkan kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan berupa dukungan baik secara moril maupun material demi
tersusunnya makalah yang bertemakan Pembangunan dan Budaya di Indonesia ini.
Depok,
Januari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...…. 2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………….…… 2
BAB II : LANDASAN TEORI…..………………………………………………
3
2.1 Posisi Indonesia………………………………………………………………… 3
2.2 Peluang …………………………………………………….…………………... 4
2.3 Tantangan……………………………………………………………………….. 6
2.4 Strategi Menghadapi
Asean Economic Community 2016 .…………………….. 8
BAB III : PENUTUP………………………………………………………………. 10
3.1 Kritik…………………………………………………………………………….. 10
3.2 Saran……………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Implemetasi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan pada tahun 2016. MEA terwujud dari keinginan negara-negara
ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid dan
diperhitungkan dalam percaturan perekonomian Internasional. Para Pemimpin ASEAN
telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2016 dengan 4 pilar, yaitu (1)
Pasar tunggal dan basis produksi, (2) Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, (3)
kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4) Kawasan yang
terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
Dengan adanya MEA, tujuan yang
ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja
terlatih (skilled labour), serta aliran investasi yang lebih bebas. Dalam
penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu perikanan,
e-travel, e-ASEAN, automotif, logistik, industri berbasis kayu, industri
berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, tekstil, serta kesehatan.
Bagi
Indonesia, pembentukan MEA 2016 akan memberikan beberapa tantangan yang tidak
hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan
sesama negara ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula, bukan
hanya komoditi/produk/jasa unggulan industry besar (UB), tetapi juga sektor
UMKM karena kesamaan karakteristik produk.
Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling
besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2016
mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM.
Di
Indonesia, UMKM hingga saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan baik
yang bersifat klasik atau intermediate atau advanced. Permasalahan tersebut
bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain atau antar sektor atau
perusahaan pada sektor yang sama. Namun ada sejumlah permasalahan yang umum
dihadapi oleh semua UMKM. Walaupun perkembangan UMKM yang meningkat dari segi
kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM.
Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini
disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas
SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran,
lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM
terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi
lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah
besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan
kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang hingga
saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia
Dalam hal
ini Indonesia memerlukan Strategi-Strategi untuk menghadapi MEA 2016 agar dapat
bersaing dengan Negara-negara ASEAN lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Bagaimana Peluang Indonesia dalam menuju
AEC ?
2. Apa saja tantangan Indonesia dalam menuju
AEC ?
3. Apa saja strategi-strategi yang harus
dilakukan Indonesia?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini
adalah :
1. Megetahui Peluang Indonesia dalam menuju
AEC ?
2. Mengetahui tantangan Indonesia dalam menuju
AEC ?
3. Mengetahui strategi-strategi yang harus
dilakukan Indonesia?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Posisi Indonesia
Indonesia
adalah negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia kira-kira terdapat
242 juta jiwa lebih penduduk di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang sangat
besar, Indonesia memliki potensi SDM yang sangat besar dari segi kuantitas. Jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 242,3 juta jiwa atau setara dengan
dua perlima penduduk total ASEAN pada tahun 2011, membuat posisi Indonesia mau
tidak mau harus menjadi perhatian bagi Negara-negara ASEAN.
Gambar 1 Jumlah penduduk ASEAN (dalam ribu orang)
Sumber : Supriadi, Agust dan Girsang, Erna S.U. 2011.
Ekonomi ASEAN Layak Naik Kelas. Koran Bisnis Indonesia 5 Juli 2011
Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2016
sebenarnya cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia
untuk besarnya skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh
proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar.
Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat
investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia
sebagai peringkat empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World
Investment report. Maih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat
dilihat ketika banyak negara yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian
global, perekonomian Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif.
2.2 Peluang
Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum
siap untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2016 nanti, namun jika kita bisa
lebih jeli melihat peluang-peluang yang ada dengan diberlakukannya ASEAN
Economic Community 2016 nanti, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi
negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di antaranya
:
1. Manfaat Integrasi Ekonomi.
Indonesia memiliki
kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan membentuk pasar yang lebih luas
lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing, serta
pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN. Integrasi
ekonomi dalam mewujudkan AEC 2016 akan membentuk pasar yang lebih besar,
dorongan peningkatan efisiensi dan daya saing, serta penyerapan tenaga kerja di
kawasan ASEAN. Indonesia berpeluang untuk mengirimkan tenaga kerjanya
dengan mempersiapkan peningkatan kualitas dan keterampilan (Hard
skill dan soft skill)..
2. Pasar Potensial Dunia.
Penduduk Indonesia
menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang
sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan
dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan. Sebagai analogi,
bayangkan ketika 40 % penduduk ASEAN, yaitu penduduk Indonesia menjadi
konsumen dari produk-produk negara tetangga (dengan tidak adanya tariff
impor yang masuk ke kantong negara). Itu adalah kondisi yang pertama, dan
sekarang bayangkan jika 10 %-40 % penduduk ASEAN, khususnya penduduk
Indonesia, menjadi produsen atau mendirikan UMKM dan melakukan ekspor ke 9
negara ASEAN lain (dengan adanya pajak penghasilan, sewa, dan lain-lain yang
masuk ke kantong negara) kira-kira pendapatan nasional Indonesia lebih banyak
yang mana? Kasus 1 atau kasus 2? Dari analogi yang penulis berikan, bila kita
memilih kasus 1, maka kita perlu mempertimbangkan lagi untuk menggunakan uang yang
ada secara lebih bijak, karena bisa saja kita akan mengalami inflasi besar-besaran dalam waktu dekat. Akan tetapi, jika kita
memilih kasus 2, maka sudah sepatutnya kita menjadi pemuda calon pemimpin
negara ini karena mampu memiliki visi untuk menggerakkan perekonomian dan
meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Lantas apa yang dapat teman-teman
lakukan jika memang saat ini belum mampu menjadi pengusaha? Jawabannya adalah
kesediaan untuk memulai dari diri sendiri : (a) Persiapkan diri untuk
menghadapi tantangan yang ada, (b) Kurangi konsumerisme barang-barang impor.
(c) Bangga terhadap produk dalam negeri, kalau memang memiliki uang untuk
dibelanjakan, belilah produk-produk Indonesia, sehingga uang kita bisa masuk ke
kantong negara, dan (d) Perluaslah komunikasi dan networking.
3. Negara Tujuan Investor
Sebagai Negara dengan
jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara anggota ASEAN,
Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat
peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara anggota ASEAN lainnya.
Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna infrastruktur (pipa gas,
tekonologi informasi) membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia
melalui pemanfaatan program kerjasama regional, terutama dalam melancarkan
program perbaikan infrastruktur domestik.
4. Negara Pengekspor
Negara-negara di
kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengeskpor baik produk
berbasis sumber daya alam maupun berbagai produk elektronik. Dengan
meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN
mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang
cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi
(penanaman modal). Indonesia sudah mencatat sepuluh komoditi unggulan ekspornya
baik ke dunia maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir (2004 -2008)
dan sepuluh komoditi ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi
ekspor ke dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil,
elektronik, produk hasil hutan, karet dan produk karet,
otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi. Sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN
adalah minyak petroleum mentah, timah, refinne copper, batubara, karet, biji
kakao dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya
peluang untuk ditingkatkan nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan. kantor,
rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan dan produk perikanan, minyak atsiri,
makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis serta kulit dan produk kulit.
Namun begitu, Indonesia harus teliti dalam mengidentifikasi tujuan pasar yang
sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
5. Sektor Jasa yang terbuka
Di bidang jasa,
Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga
kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri. Selain
itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna
mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka AEC 2016.
6. Daya Saing
Liberalisasi
perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk
pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan
tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Indonesia sebagai salah
satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor
elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam,
berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut didalam
negeri.
7. Aliran Modal
AEC 2016 membuka
peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan
yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut
tidak saja portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung
(PMA). Sedangkan dari sisi peningatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan
terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang
telah disetujui. Artinya akan terjadi proses perbaikan
kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait.
2.3 Tantangan
Tantangan
yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju ASEAN Economic Community
(AEC) 2016, tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi yang lebih besar
adalah persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara di luar ASEAN
seperti India, Korea dan Cina. Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia
diantaranya adalah :
1. Laju inflasi
Laju inflasi Indonesia
masih tinggi bila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya.
Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain
dan juga stabilitas makro menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia.
2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor selama
periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia
dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia sebagai importer tertinggi ke-3
setelah Singapura dan Malaysia, dan ini merupakan tantangan yang serius karena
telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa
Negara ASEAN.
Dalam hal kesamaan
produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dengan meningkatkan nilai
tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan
produk dari Negara ASEAN lainnya.
4. Daya saing SDM
Hard skill dan soft
skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan
minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu,
Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa
digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung
tenaga kerja terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di
negeri sendiri.
5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.
Dampak negatif dari
arus modal yang lebih bebas dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran
modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih
menarik. Hal ini dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas
makroekonomi Indonesia.
6. Kepentingan Nasional
Harus disadari bahwa
kepentingan nasional merupakan yang utama dibandingkan dengan kepentingan
kawasan dalam rangka integrasi ekonomi, hal ini berdampak pada sulitnya
mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi AEC Blueprint, sehingga
perwujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
7. Kedaulatan Negara
Kewenangan suatu negara
untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong
kinerja ekonomi dalam negeri akan dibatasi dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN.
Ini merupakan pengorbanan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana
mungkin tidak menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan pendapatan terbesar bangsa Indonesia yaitu dari sektor
perpajakan. Inilah yang harus disiasati oleh pemerintah Indonesia dalam
menyongsong ASEAN Economic Community 2016.
2.4 Strategi Menghadapi Asean Economic
Community 2016
Dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2016 nanti, pemerintah Indonesia melakukan langkah
strategis yang dapat dilakukan, di antaranya :
1.
Sosialisasi Besar-Besaran
Upaya sosialisasi hajat
besar AEC ini menurut saya belum merata. Hanya terbatas kalangan tertentu. Bisa
dibilang, kalangan menengah ke atas. Sedangkan, masyarakat awam ke bawah tidak
begitu mengenalnya. Jangankan bersiap, mengenal pun tidak. Karenanya pemerintah
segera menyosialisasikan AEC."Atmosfir ASEAN dan AEC Indonesia
2.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
UMKM merupakan sektor
ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.
Pemberdayaan ini dapat menciptakan iklim usaha dan mengurangi ekonomi biaya
tinggi. Pemberdayaan UMKM sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing
ekonomi. Persaingan dalam hal kualitas maupun kuantitas yang bukan hanya untuk
pasar lokal dan nasional, tetapi juga ekspor. Semakin banyak UMKM yang bisa
mengekspor, akan semakin besar pula daya saing ekonomi Indonesia. Pelatihan
penggunaan website dalam rangka memperluas segmentasi konsumen juga
sangat diperlukan di era digital saat ini. Hal ini yang terkadang masih
jarang dilakukan oleh UMKM.
3.
Penyediaan Modal
Pemodalan ini sangat
penting untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha. Oleh karenanya,
dibutuhkan lembaga pemodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai
skala. Terutama pelaku UMKM yang seringkali kesulitan dalam penambahan modal
4.
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan hal yang
paling krusial dalam menghadapi AEC. SDM yang berkualitas akan mampu bersaing
dan kuat menghadapi tantangan. Cekatan serta inovatif dalam mengambil ide, langkah,
dan tindakan. Peningkatan kualitas SDM misalnya dengan pelatihan bahasa. Bahasa
sangat penting dalam peranan persaingan global. Terutama bahasa inggris. Selain
itu, pengembangan skill dapat dilakukan dengan pelatihan, workshop, pertemuan
rutin antar pelaku ekonomi, juga pembangunan networking. Semua hal ini
dilakukan agar pelaku ekonomi selalu mengikuti perkembangan terbaru
perekonomian. Tidak menjadi katak dalam tempurung zona nyamannya. Optimisme
Indonesia bisa harus dimiliki para SDM yang berkualitas!
5. Perbaikan Infrastruktur
Infrastruktur berupa
sarana dan prasarana seperti logistik, listrik, telekomunikasi, revitalisasi
transportasi, jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara, dan lain-lain.
Kita mengetahui bahwa kesemua faktor ini sangat mempengaruhi proses produksi
dan distribusi. Oleh karenanya, perbaikan infrastruktur ini harus disegerakan.
Tersendatnya logistik dapat meningkatkan inflasi. Karena daya saing juga sangat
ditentukan cepat lambatnya keluar masuk barang.
6. Reformasi
Kelembagaan & Pemerintah
Kelembagaan dan
pemerintah yang taat hukum & tidak memihak sangat diharapkan. Sikap
kelembagaan & pemerintah yang kooperatif terhadap pelaku usaha merupakan
salah satu hal yang harus diperbaiki. Tidak mempersulit urusan administrasi dan
birokrasi yang berkepanjangan. Penguatan lembaga hukum harus ditingkatkan,
terutama dalam hal independensi dan akuntabilitas kelembagaan hukum. Sehingga
tercipta iklim kelembagaan hukum yang profesionalisme dan transparan. Upaya
peningkatan kesejahteraan kelembagaan & pemerintah juga terus dilaksanakan
guna mencegah tindakan yang mengarah dan berpotensi koruptif atau pungli.
7. Reformasi
Iklim Investasi
Indonesia harus
melakukan pembenahan iklim investasi melalui perbaikan infrastruktur ekonomi,
menciptakan stabilitas makro-ekonomi, serta adanya kepastian hukum dan
kebijakan, dan memangkas ekonomi biaya tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AEC adalah bentuk
integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2016.
Tujuan utama dari AEC 2016 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan
tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas.
Strategi dan persiapan
yang selama ini telah dilakukan oleh para stake holder yang ada di Indonesia
dalam rangka menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh ASEAN,
terutama dalam kerangka integrasi ekonomi memang dirasakan masih kurang
optimal. Namun hal tersebut memang dilandaskan isu-isu dalam negeri yang
membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Disamping itu seiring perkembangan
waktu, Indonesia dengan potensi sumber daya yang melimpah telah membawa
pergerakannya ke arah yang lebih maju lagi, hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya pengakuan internasional terhadap eksitensi Indonesia di jalur
positif.
3.2 Saran
Dalam
tulisan ini, penulis ingin memberikan saran kepada pemerintah Indonesia sebagai
bukti bahwa penulis peduli terhadap bangsa Indonesia dalam menyongsong ASEAN
Economic Community 2016. Saran yang diberikan penulis, di antaranya :
1. Pihak pemerintah, pemerintah selaku
regulator dapat menciptakan kebijakan yang bijak dan tepat terutama kebijakan
fiskal yang meringankan pengusaha dalam negeri serta sanksi yang tegas bila
terjadi pelanggaran terutam yang dilakukan oleh negara lain, jika kebijakan
yang diambil baik, insyaAllah meskipun AEC 2016 sarat akan liberalisasi bisa
membawa pada arah kebaikan.
2. Pihak swasta, salah satu variabel pemacu
perekonomian, agar dapat mematuhi dengan sangat segala kebijakan pemerintah dan
terima apa pun sanksinya bila melanggar. Kebijakan dan sanksi merupakan
intervensi pemerintah agar berjalan dengan baik sehingga rakyat menjadi lebih
sejahtera.
3. Pihak rakyat, jadikan AEC 2016 ini untuk
melakukan pembenahan peningkatan kualitas Human Development Index(HDI)
dan menjadi rakyat yang memiliki pengetahuan dan berdaya saing tinggi sehingga
dapat diterima baik dalam negeri maupun luar negeri dan tidak menjadi pembantu
di negeri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Das Basu, Sanchita; Achieving The ASEAN Economic
Community 2016
Triansyah Djani D.
2007. ASEAN Selayang Pandang, Jakarta: Dir. Jen. Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia