Selasa, 13 November 2018
Senin, 29 Oktober 2018
Senin, 26 Maret 2018
Rangkuman Ekonomi Teknik
Pengertian Ekonomi
Teknik
Ekonomi teknik adalah suatu
disiplin yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dalam melakukan judgement untuk
memilih dan menggunakan seluruh sumberdaya secara ekonomi agar dapat memberikan
benefit bagi manusia. Prinsip dasar ekonomi teknik menuntut seseorang
untuk melaksanakan keputusan dalam keterbatasan sumber daya yang ada – memilih
alternatif berdasarkan financial, material dan human resources yang
ada – untuk mendapatkan hasil (merits) yang optimal.
Proses Pengambilan
Keputusan
1.
Mengetahui Permasalahan
Proses pengambilan keputusan
berawal dari cara dari bagaimana untuk mengetahui permasalahanyang terjadi. Kemampuan
dalam mengetahui permasalahan akan menentukan bagaimana suatu keputusan akan
diambil untuk menyelesaikan permaslahan. Semakin baik kemampuan dalam
mengetahui masalah, maka semakin cepat pula masalah tersebut dapat diselesaikan.
2.
Menentukan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh
seseorang atau suatu kelompok pada dasarnya memiliki tujuan yang bersifat
universal, sebagai contoh, tujuan dari seseorang untuk hidup adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan, sedangkan tujuan dari suatu badan usaha
yaitu mendapatkan keuntungan sebesar besarnya. Tujuan utama yang ingin dicapai
oleh seseorang atau suatu kelompok dapat berbeda-beda, hal ini yang akan
mendasari bagaimana cara untuk mencapai tujuan utama tersebut.
3.
Mencari Data Yang Relevan
Pengambilan keputusan yang baik
ditentukan dari data yang relevan yang akan digunakan. Penyusunan dan pemilihan
data harus dilakukan dengan baik. Terkadang suatu data didapat dari sebuah
pengalaman seseorang dalam menyelesaikan masalah, dimana data ini tidak bisa
didapatkan dimanapun. Keberlangsungan data tersebut juga akan menentukan bagaimana
cara pengambilan keputusan.
4.
Menentukan Alternatif
Penyelesaian
Alternatif penyelasaian masalah
dapat membantu dalam pengambilan keputusan apabila penyelesaian masalah utama
menemui jalan buntu dalam penyelesaiannya. Membuat daftar atau rencana alternatif
penyelesaian masalah dengan melakukan terobosan atau inovasi dalam
penyelesaiannya akan memberi dampak yang besar. Terkadang, alternatif penyelasaian
masalah akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan cara penyelesaian
utama.
5.
Menentukan Kriteria Untuk
Menjelaskan Alternatif Penyelesaian
Dalam menyusun alternatif
penyelasaian masalah dibuat kriteria scenario yang akan terjadi, hal ini
memungkinkan untuk menjelaskan skala prioritas atas alternatif penyelesaian
masalah yang akan diambil, hal ini berguna untuk meningkatkan hasil dari solusi
penyelesaian dan meminialisasi kemingkunan terburuk yang akan terjadi.
6.
Membuat Model Matematis
Setelah seluruh data dikumpulkan,
maka tahap selanjutnya adalah membuat model matematis, pembuatan model
matematis akan menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi dalam sebuah scenario secara
matematis, sehingga hasilnya dapat diperhitungkan dan memiliki dasar
penyelesaiannya.
7.
Memprediksi Hasil Dari Setiap
Alternatif
Model dan data yang diambil
digunakan dalam memprediksi hasil yang akan terjadi pada setiap alternartif
penyelesaian yang diambil. Hasil dari setiap alternative akan memberikan hasil
yang berbeda. Untuk dapat menentukan alternartif terbaik harus dilakukan dengan
cara komparabel antara alternartif yang satu dengan alternartif lainnya. Setiap
alternartif yang diambil akan memiliki konsukuensinya sendiri dalam hal nonmaterial
dan material.
8.
Menentukan Solusi Terbaik
Menentukan solusi terbaik perlu
mempertimbangkan efek yang ditimbulkan dari segala aspek. Solusi terbaik yang
akan diambil harus sesuai dengan kriteria dan keadaan yang ditentukan dengan
cara mengeliminasi solusi yang tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi.
9.
Audit Hasil
Audit hasil yaitu membandingkan
hasil hasil yang akan terjadi dalam setiap prediksi yang telah dibuat. Apakah
hasil dari pengambilan keputusan sesuai dengan apa yang digambarkan? Hal ini
dapat diselesaikan dengan mengaudit hasil yang diprediksikan, sehingga
kesalahan akibat salah dalam mengambil keputusan dapat diminimalisasi. Pada
akhirnya audit hasil adalah cara untuk menggambar analisa ekonomi secara
realistis yang berguna untuk menentukan apa langkah selanjutnya yang harus
dilakukan.
Ekonomi Teknik dan
Industri Konstruksi
Dunia usaha saat ini lebih banyak bertumpu pada
aspek teknis dimana para sarjana dituntut meningkatkan keterampilan tidak saja
dalam bidang manajemen akan tetapi dalam bidang teknis operasional usaha itu
sendiri. Secara umum setiap organisasi usaha akan selalu melakukan berbagai
aktivitas yang terkait dengan produksi barang atau jasa dengan harga yang
kompetitif, pengembangan produk atau jasa yang efektif dan efisien, tingkat
keuntungan yang memadai sepadan dengan investasi yang dikeluarkan dan upaya
mempertahankan usaha agar berkesinambungan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Berdasarkan hal tersebut calon
sarjana Teknik Sipil perlu dibekali pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen
kuantitatif berupa pengetahuan ekonomi teknik, agar mereka mampu mengalokasikan
sumberdaya perusahaan dalam batasan waktu, modal, personalia, material, mesin
dan faktor pendukung usaha lainnya dengan efektif dan efisien dengan
mempertimbangkan profitabilitas, faktor resiko dan ketidak pastian yang mungkin
akan dihadapi dalam bidang pekerjaannya nanti.
Dalam kenyataan setiap proyek
konstruksi tidak hanya mampu diwujudkan (realizable) secara teknis, melainkan
juga harus layak (feasible) secara ekonomis. Dengan demikian analisis ekonomi
proyek merupakan suatu kajian secara ekonomi apakah suatu ide, sasaran atau
rencana suatu proyek akan diwujudkan dengan porsi yang layak secara ekonomi
(Newman, 1998).
Sumber :
Priyo, Mandiyo. 2012. Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Penerbit LP3M UMY
Newnan, Donald G. 2004. Engineering Economic Analysis. New York: Oxford University Press
Rabu, 24 Januari 2018
Perancangan Beton SCC dengan Campuran Fly Ash Sebagai Bahan Substitusi Semen
1.1 Latar Belakang
Beton dalam konstruksi teknik didefinisikan (dibataskan) sebagai batu buatan yang dicetak pada suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair atau kental, yang kemudian mampu untuk mengeras secara baik. Beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar dan suatu bahan pengikat. Bahan pengikat yang lazim dipakai umumnya adalah bahan pengikat yang bersifat hidrolik dalam arti akan mengikat dan mengeras secara baik kalau dicampur dengan air. (Soetjipto, Ismoyo; 1978; Konstruksi Beton 1).
Beton merupakan salah satu material kontruksi yang paling umum digunakan hingga saat ini. Kelebihan beton dibandingkan material lainnya adalah material beton masih lebih jauh lebih murah dari material lainnya. Selain dari faktor ekonomis, beton juga mempunyai kelebihan lainnya seperti mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Beton memiliki kelemahan dalam proses pekerjaannya seperti pada proses pemadatan beton, dalam proses pemadatan beton diperlukan bantuan getaran dan tumbukan, hal ini dapat menyulitkan ketika pengerjaan pada daerah - daerah atau tempat yang sempit yang tidak bisa dijangkau oleh alat pemadat beton, akibatnya terjadi penurunan kualitas beton. Seiring perkembangan zaman maka diciptakanlah beton dengan tingkat fluiditas yang tinggi sehingga tidak perlu lagi bantuan pemadatan yaitu Self Compacting Concrete (S.C.C).
Beton memadat mandiri (self compacting concrete, SCC) adalah beton yang mampu
mengalir sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau bahkan tidak dipadatkan sama sekali. Beton ini, memanfaatkan pengaturan ukuran agregat, porsi agregat dan van admixture superplastiziser untuk mencapai kekentalan khusus yang memungkinkannya mengalir sendiri tanpa bantuan alat pemadat. Sekali dituang ke dalam cetakan, beton ini akan mengalir sendiri mengisi semua ruang mengikuti prinsip grafitasi, termasuk pada pengecoran beton dengan tulangan pembesian yang Sangat rapat. Beton ini akan mengalir ke semua celah di tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendiri campuran beton. (Ladwing, II – M.,Woise,F.,Hemrich, W . and Ehrlich, N . 2001).
Salah satu bahan utama dalam pembuatan beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) adalah semen Seperti yang kita ketahui bahwa pembuatan semen dapat menyebabkan efek yang buruk bagi lingkungan, karena produksi semen dapat menimbulkan gas karbondioksida yang berbahaya bagi lingkungan. Untuk itu, penggantian semen dengan material baru merupakan hal yang harus segera dilakukan. Penggunaan abu terbang (Fly Ash) sebagai bahan substitusi semen dalam pembuatan beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) merupakan suatu hal yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, selain dapat menghemat biaya dan lebih ramah lingkungan, Fly Ash juga dapat meningkatkan kekuatan beton.
Beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) yang dibuat dengan penambahan Fly Ash diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan persoalan pengecoran komponen gedung dengan bentuk geometri yang rumit serta dapat menekan biaya, mutu dan waktu pengerjaan kontruksi yang cukup lama, karena dengan tidak lagi dibutuhkannya pemadatan, maka dapat mengurangi tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) agar didapat beton dengan kualitas yang memenuhi standar mutu.
2. Berapa besar efektifitas yang dapat dihasilkan dari pengunaan beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) dalam segi waktu, biaya, dan mutu.
3. Apa pengaruh yang terjadi apabila dilakukan substitusi semen dengan penggunaan abu terbang (Fly Ash).
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menentukan proporsi campuran beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) yang memenuhi persyaratan standar mutu.
2. Menentukan seberapa besar penghematan yang terjadi akibat penggunaan beton Self Compacting Concrete ( S.C.C) dalam segi waktu dan biaya.
3. Menentukan pengaruh dari penggunaan abu terbang (Fly Ash) dan kelebihannya dalam mengganti peran semen dalam campuran beton Self Compacting Concrete ( S.C.C).
Langganan:
Postingan (Atom)