Gunadarma

Uug

Kamis, 28 April 2016

Pandangan Hidup sebagai Pedoman Hidup

Menjalani hidup sebagai insan yang diberikan kesempurnaan akal merupakan nikmat yang patut kita syukuri. Kesempurnaan akal yang dimiliki oleh setiap manusia menunjukan bahwa manusia memiliki martabat dan derajat yang lebih tinggi dari makhluk ciptaan yang lainnya. Maka sepatutnya akal tersebut digunakan untuk hal-hal baik yang memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi manusia.


Dalam menjalani hidup, manusia memerlukan pedoman dan aturan yang berfungsi untuk mengendalikan diri dan membatasi tingkah laku yang akan membawa dampak negatif bagi dirinya dan sekitarnya. Maka manusia dituntut untuk menggunakan akal pikirannya dalam memandang kehidupan yang dijalaninya, sehingga dari hasil pemikiran tersebut akan tercipta pandangan-pandangan hidup yang kemudian bisa dijadikan sebagai pedoman hidup.


Dari penjelasan tersebut, maka bisa diartikan bahwa pandangan hidup adalah hasil dari pemikiran dan penalaran manusia, terhadap kehidupan yang dijalaninya dan memenuhi kebenaran yang bisa dijadikan pedoman dalam hidupnya. Pandangan hidup yang dimiliki setiap orang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pemikiran dan tujuan hidup yang berbeda dari masing-masing individu. Sehingga pandangan hidup tersebut merupakan pandangan hidup individual.


Pada dasarnya pandangan hidup sebagai pedoman hidup dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :


1. Pandangan hidup individu
Pandangan hidup individu yaitu pandangan hidup yang dihasilkan oleh seseorang melalui pemikiran dan penalaran akalnya untuk menemukan kebenaran yang bisa dijadikan pedoman hidupnya sendiri.


2. Pandangan hidup negara
Pandangan hidup negara yaitu pandangan hidup yang dirumuskan oleh beberapa orang ahli melalui berbagai pendekatan menyangkut kepentingan bangsa dan negara. Salah satu contoh pandangan hidup negara yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia (way of life).


3. Pandangan hidup agama
Pandangan hidup agama yaitu pandangan hidup yang didasarkan pada wahyu yang telah diturunkan sebagai ajaran kebenaran serta ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasul-rasulnya. Salah satu pandangan hidup agama yang menjadi pedoman umat Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Ketiga pandangan hidup tersebut bisa menjadi pedoman hidup bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan dan perbuatan. Pandangan hidup individu harus selaras dengan pandangan hidup negara dan agama, karena kita hidup secara sosial yang ditunjukan dengan kehidupan bernegara dan beragama, maka pandangan hidup negara dan agama menjadi sumber pedoman hidup yang mampu mengarahkan kita menjadi manusia yang bernegara dan beragama.


Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat..

Sumber:http://hariy0170.mywapblog.com/pandangan-hidup-sebagai-pedoman-hidup.xhtml

Minggu, 24 April 2016

Islam, Negara dan Rasa Keadilan

Oleh : Abdurrahman Wahid

Dalam kedua sumber tekstual kitab suci Al-qur’an mengenai keadilan, tampak terlihat dengan jelas bagaimana keadilan dapat ditegakkan,  baik dari masalah prinsip hingga  prosedurnya. Dari sudut gagasan, umpamanya, kitab suci Al-qur’an menyatakan; “wahai orang-orang yang beriman, tegakkan keadilan dan jadilah saksi-saksi bagi Allah, walaupun mengenai diri kalian sendiri” (Yaa ayyuha al-ladzina aamanuu kuunu qawwamiina bi al-qisthi syuhadaa’a li Allahi walau ‘ala anfusikum). Dari ayat ini tampak jelas bahwa, rasa keadilan menjadi titik sentral dalam Islam.

Sedangkan dari sudut prosedur, kitab suci Al-qur’an menyatakan; “jika kalian saling berhutang, maka hendaknya kalian gunakan tanda-tanda tertulis” (idza tadayyantum fa’ukatibuhu). Dalam hal ini, rasa keadilan  harus ditegakkan dengan bukti tertulis, sehingga tidak dapat dipungkiri oleh orang banyak. Secara prosedural, hal ini juga dijalankan dalam masyarakat bertehnologi maju, sehingga kesan yang ada selama ini menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sangat tertinggal dapat dihilangkan.

Demikian pula, seorang hakim tidak dapat lepas dari tuntutan keadilan ini, seperti yang  dikemukakan  oleh sebuah  hadits; “jika seorang hakim ragu-ragu tentang kesalahan seorang terdakwa, maka ia tidak boleh menjatuhkan hukuman mati, sebab ditakutkan ia dapat berbuat kesalahan. Jadi, aspek-aspek keadilan itu bersifat menyeluruh, meliputi prinsip, prosedur dan pelaksanaannya.

*****

Apa yang dikemukakan di atas, adalah aspek-aspek yang terkandung dalam masalah mikro. Dalam banyak hal,  keadilan mikro itu seluruhnya tergantung dari bangunan mikro sistem kemasyarakatan yang ditegakkan. Dalam hal ini, prinsip keadilan juga dapat dilihat secara makro dalam Islam. Banyak ungkapan dari sumber-sumber tertulis yang  memungkinkan adanya penafsiran makro yang berdasarkan rasa keadilan bagi umat manusia. Ungkapan dalam hadits; “tangan yang memberi lebih baik dari pada tangan yang menerima” (al- yadu al u’lya khairun min al yadi al sufya), jelas menunjukkan adanya keharusan dipeliharanya keadilan dalam hubungan antara negara kreditor kepada debitur.  Sayangnya, hal ini justru tidak terdapat dalam tata ekonomi modern kita di seluruh dunia saat ini.

Pengertian makro, juga tampak dalam keharusan bagi para pemimpin negara/masyarakat untuk menunaikan tugas membawa kesejahteraan. Ushul Figh menyatakan; “langkah dan kebijakan pemimpin atas rakyat yang dipimpin terkait langsung kepada kesejahteraan rakyat yang dipimpin” (tasyarraful al-Imam a’la al ra’iyyah manuutun bi al-maslahah). Artinya, kesejahteraan  masyarakat itu tidak akan dapat tercapai, jika wawasan keadilan tidak tercermin dalam kesejahteraan seluruh warga masyarakat, melainkan hanya untuk sebagian saja.

Demikian menjadi jelas,  bahwa Islam menghendaki kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat dan hal itu tidak akan tercapai tanpa keadilan yang terwujud secara kongrit. Ini sangat penting untuk diperhatikan karena kebanyakan di negeri-negeri muslim, seorang penguasa selalu menikmati kekayaan berlimpah, sementara kaum miskin tidak punya apa-apa. Akhirnya, kehidupan mereka seperti terombang-ambing di tengah banyaknya produk-produk murah yang dijagokan oleh para pemilik modal yang berjumlah sangat kecil. Ketimpangan situasi seperti itu, dalam kehidupan modern –secara internasional dewasa ini, menunjukkan bahwa Islam tidak menyetujui kapitalisme klasik yang didasarkan pada prinsip persaingan bebas (laises faire) dalam pergaulan internasional saat ini.

*****

Karena itu, orientasi  pembangunan negara untuk kepentingan warga masyarakat kebanyakan, haruslah diutamakan dan bukannya pengembangan sumber daya manusia yang tinggi  maupun penguasaan teknis yang memadai bagi modernisasi masyarakat kaum muslimin. Dengan kata lain, bukan modernitas yang dikejar melainkan terpenuhinya rasa keadilan dalam kehidupan bermasyarakat yang harus dicapai. Kehidupan modern yang penuh kenikamtan bagi sekelompok orang bukanlah sesuatu yang dituju Islam, melainkan masyarakat sejahtera bagi seluruh penduduk. Ini adalah sebuah prinsip yang sangat menentukan bagi kehidupan sebuah masyarakat.

Dalam pengertian ini, asas keseimbangan mengharuskan kita mencari sebuah tuntunan  masyarakat yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan orang kebanyakan tanpa mengekang kelompok industrialis maupun pemilik modal untuk berkembang. Di sinilah terletak kemampuan kita untuk menemukan sebuah sistem yang akan menjamin untuk batas waktu tertentu antara kepentingan rakyat kebanyakan dan kepentingan kelompok industrialis pemilik modal. Dalam hal ini, sebenarnya telah banyak dicoba untuk menemukan sistem  yang demikian itu, namun semuanya gagal apabila hanya mengandalkan kepada idiologi-idiologi yang ada. Sistem kapitalisme, sosialisme maupun komunisme, misalnya, telah gagal dalam upaya itu. Hanya kalau ada modifikasi atas idiologi yang dianut, seperti  Folks Kapitalismus, yang mencoba untuk membuat koreksi atas kapitalisme klasik yang hanya mementingkan persaingan bebas, karena itu tidak menganggap penting arti rakyat kebanyakan.

Seringkali, koreksi-koreksi itu dilakukan dengan mencampuradukkan beberapa idiologi di dalam sebuah wawasan yang sangat umum. Folks kapitalismus/kapitalisme rakyat  mengambil semangat egalitarian dari sosialisme, sedangkan birokrasi komunisme sekarang banyak mengambil dari kapitalisme klasik, paling tidak mengenai cara-cara berkompetisi. Di sini, Islam-pun juga pernah harus melakukan hal yang sama yaitu berani mengambil cara-cara semangat idiologi-idiologi lain. Belasan tahun yang lalu, ada gagasan tentang “sosialisme Islam”, yang walaupun gagal berkembang namun tetap saja harus dihargai  sebagai upaya  dinamisasi agama tersebut. Begitu juga,  pengertian-pengertian dasar kita harus mengalami perubahan. Dahulu, pengangguran berarti tiadanya pekerjaan bagi para warga negara, sekarang orang yang tidak bekerja  dalam jumlah  di bawah 3 % dianggap sudah bekerja dan jumlah tersebut tidak dinamai penganggur.

Dengan arti perubahan tersebut, maka pemahaman kita mengenai hubungan antara negara dan warganya juga bersifat dinamis. Jika negara mampu mewujudkan kemakmuran warganya pada taraf tertentu, maka hal itu sudah dianggap menunaikan kewajiban menciptakan kesejahteraan, karena negara mampu melindungi para warganya dengan menjamin taraf kehidupan  pada titik tertentu, --misalnya, melalui asuransi sosial. Ini berarti penciptaan kemakmuran dan keadilan yang, kedua-duanya dijadikan tujuan UUD 1945 sudah ditunaikan dengan baik, meski ada sejumlah warga negara di bawah 3 % angkatan kerja yang sedang menganggur. Nah, kalau ini yang dituju oleh sebuah masyarakat Islam, untuk ini berarti pula Islam telah berhasil menyejahterakan warga negara tanpa menjadi sebuah sistem formal. Sangat komplek memang, tapi cukup berharga untuk direnungkan, bukan?


Jakarta, 31/7/2002
Sumber : Duta Masyarakat Baru
 http://www.gusdur.net/id/gagasan/gagasan-gus-dur/islam-negara-dan-rasa-keadilan

Sabtu, 16 April 2016

Adil Tidak Selalu Sama Rata


Banyak orang mengatakan hidup ini tidak adil.
Saya mengatakan hidup ini sungguh adil,hidup ini dikendalikan hukum yang maha adil.
Jika kita mau jujur hampir semua orang akan lebih percaya bahwa hidup itu tidak adil alih-alih percaya bahwa hidup itu berjalan adil.
Umumnya mereka yang percaya bahwa hidup tidak adil,disebabkan karena pemahaman yang salah,mereka menganggap bahwa adil itu sesuatu yang sama rata.
Mereka menginginkan setiap orang menerima bagian yang sama tanpa dipengaruhi hal apapun.
Mereka berharap bahwa semua orang mengalami nasib yang sama.
Hasil pemikiran ini adalah munculnya ide-ide yang egois,seperti anggapan bahwa orang kaya harus membagi kekayaan mereka kepada orang miskin,supaya tidak ada yang kelebihan maupun yang kekurangan.
Mulia sepertinya ide tersebut,tetapi tahukah anda,itu bukan hukumnya,itu bukan peraturannya.


Kita mengerti,bahwa segala sesuatu ada dasarnya,bahwa untuk setiap akibat memiliki sebab yang pasti.
Kenapa ada orang yang kelebihan dan disatu sisi ada orang yang kekurangan,semua itu juga memiliki sebab yang pasti,hal yang membedakan keduanya adalah kapasitas dan kebutuhan mereka,yang satu memiliki kapasitas dan kebutuhan yang besar,yang satu lagi memiliki kapasitas dan kebutuhan yang kecil atau tidak sama sekali.
Sebagai contoh,Anda adalah orang tua dan mempunyai dua orang anak,yang satu sekolah dasar,dan satunya lagi mahasiswa,kemudian anak-anak anda meminta uang untuk memenuhi kebutuhan mereka,bukankah sebagai orang tua yang bijak dan berpikir kita akan memberikan jumlah uang tersebut masing-masing sesuai kebutuhan mereka,bukan sama rata.
Anak anda yang sudah mahasiswa tentunya akan menerima uang lebih banyak,karena kebutuhannya lebih banyak daripada anak anda yang sekolah dasar.

Demikian juga halnya kehidupan ini,mereka yang kaya adalah mereka yang memiliki kebutuhan besar,mereka memikirkan lebih dari kepentingan diri sendiri dan keluarganya,tetapi juga memikirkan orang banyak,mungkin juga anda ada dipikiran mereka,oleh karena itu diantara mereka banyak menciptakan lapangan kerja,mendirikan yayasan dan menyumbang kepada yang membutuhkan,jadi sudah sewajarnya Tuhan menganugrahi mereka dengan kelimpahan,dan apakah wajar orang miskin iri hati dan beranggapan hidup ini tidak adil?
Seharusnya jika kita sadar diri,jika saat ini kita masih miskin,kita harus belajar dan merubah pola pikir kita,kita harus meneladani mereka yang berhasil,kita harus memperbesar kapasitas dan kebutuhan kita,mulailah memikirkan orang banyak,maka sumber daya yang dibutuhkan akan mulai terbuka untuk kita.
Ada ajaran guru saya yang sangat penting untuk direnungkan,Dia mengatakan Siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi,barang siapa tidak mempunyai dari padanya akan diambil,bahkan apa yang dia anggap ada padanya.
Renungkanlah itu,sesuatu yang adil itu bukan sama rata.

http://www.andreastrikuncoro.com/2013/06/sesuatu-yang-adil-itu-bukan-sama-rata.html

Minggu, 10 April 2016

Foto Sebelum dan Sesudah ISIS Menghancurkan Monumen Sejarah di Syiria

Temple Of Bell

Dari foto pun kita sudah tau betapa brutal nya ISIS jika menghancurkan suatu wilayah, Temple Of Bell ini di hancurkan ISIS pada bulan September 2015.


Triumph’s Arch

Tinggal sebagian yg masih ada, namun dalam hal ini UNESCO akan membantu untuk mencoba mengembalikan apa yang masih tersisa dari Triump's Arch.


Sekitar Temple Of Bell

Terlihat para petinggi militer sedang berbicara di sekitar Temple Of Bell yang sudah di hancurkan oleh ISIS.


Sisa-sisa Temple of Bel ini " Cella "

Bagian dari salah satu Temple Of Bell ini juga ikut di hancurkan oleh ISIS



Reruntuhan dan Patung di Museum Palmyra



Museum Palmyra

Terlihat semua patung sudah di musnahkan dan dihancurkan oleh ISIS



Sekitar Museum di Palmyra

Terlihat patung banyak di hancurkan di bagian kepala dan ada sebuah buku yang masih terlihat utuh walau sudah ada bekas bakar nya


Sumber:
http://www.boredpanda.com/before-after-isis-destroyed-monuments-palmyra/
https://twitter.com/josepheid1?lang=en-gb
http://www.kaskus.co.id/thread/5708ce22dac13e5e3a8b456a/foto-sebelum-dan-sesudah-isis-menghancurkan-monumen-sejarah-di-syiria/?ref=homelanding&med=hot_thread


Minggu, 03 April 2016

Ketika Cinta Bertepuk Sebelah Tetangga

"SAKIT" hati, ow. Kecewa, Adeuh. Malu juga, mungkin. Itu semua mungkin terjadi ketika cinta bertepuk sebelah tangan. Apalagi tangan tetangga. Ironi diatas ironi. T_T Terkadang itu terjadi pada seseorang. Dan mungkin kita juga yang salah. Kita terlalu membesarkan perhatian dari si dia. Ditambah dianya ngasih harapan kosong. Galau, galau lo. Dan kebanyakan orang menyesalinya. Bego sekali. Gue juga gitu. Tapi kehidupan kan terus berjalan, nggak usah begitu di sesali. Mungkin Tuhan punya takdir yang lain. Yakin deh lo pasti dapet jodoh lo. Tipsnya:

1. Sadari diri. Sadari diri dan posisimu, dude. Sadari juga gimanapun besarnya cinta lo, segigih apapun yang lo lakuin, biar mendaki gunung, lewati lembah, arungi samudra, bertualang sama ninja hatory juga, Dia ga akan bales, man.

2. Kalo udah sadar, yakinin diri lo, bakal dapet yang terbaik (buat lo). Udah sepantesnya lo dapet orang yang ngerti dan peduli sama lo. Dengan gitu, lo jadi lebih percaya diri melangkah ke masa depan.

3. Dan kalo udah gitu, lo jangan nyalahin diri mulu. "Kenapa? Kenapa ini terjadi? Kenapa mesti gue? Ah, coba aja kalo dulu bla bla bla pasti ga kayak gini." janganlah begitu, mengkhayal dll ga bakal berguna. Lo sadarin itu kan.

4. Dan mungkin lo sempet berpikir, penolakan itu masalah waktu doang. Dan lo terus memperbesar rasa lo. Wah, jangan deh, man. Terus lo juga perbaiki diri abis-abisan. Pedicure medicure, ganti style rambut, emo, skin, alay. Cuma buat dia perhatian lagi. Mending ga usah deh. Udah telat berubahnya. Ikut aja ke partai NasDem atau powerranger aja. Kalo pengen berubah, berubah buat diri sendiri aja deh. Dan udah waktunya mikirin diri lo.

5. Dan selanjutnya, mungkin lo harus berbagi deh ma orang lain. Yang ngerti diri lo tentunya. Dan mungkin juga mereka bisa ngasih masukan yang baik.

6. Terus lo sibukin diri. Dengan hobi yang lo suka. Selain melampiaskan kekesalan juga membantu lo jadi lebih gembira.

7. Sudah saatnya tutup buku dan buat lembaran baru.

8. Kalo udah buat lembaran baru, jangan buru-buru nyari pengganti dia. Ntar yang ada dia jadi pelarian cinta lo. Ga fair kan. Sembuhin dulu lukanya, dengan gitu lo bisa nerima orang lain.

9. Akhir, jangan terlalu terobsesi. Sikap yang lebay, bisa berdampak lebay juga. Kalo lo ngerasa ga bisa buat cari yang lain, cari bantuan yang profesional (gue ga nyuruh ke dukun). Seperti Cristiano Ronaldo atau Chris John. Nah, masa depan terbentuk dari masa sekarang. Masa sekarang terbentuk dari masa kemaren. Tergantung gimana lo membuatnya. Jangan disesali. Bangkit dari kesedihan. Badai pasti berlalu, man. Jangan lupa ma cita-cita. Dan tetap percaya ma eh, c.. Ci.. Cinta gitulah.